Thursday, July 2, 2009

Bila anak peaky eater


Jangan biarkan bila anak maunya makan makanan itu-itu saja. Itu namanya anak mengalami peaky eater. Ada dampak buruknya. Jenis makanan itu-itu saja membuat anak tak mendapat aneka zat gizi yang dibutuhkannya.

Bila makan dengan lauk semur ayam dan telur dadar, Vanya (1,5 th) lahap bukan main. Vania sampai senang, hampir tiap harus menyediakannya. Tubuh Vanya montok karena senang makan. “Kalau saya sediakan lauk pauk lain, entah itu daging, ikan, sayur bayam, Vanya nggak suka. Makanannya suka dilepeh-lepehkan. Jadi ya sudah saya bikin semur aja terus dan telur dadar, toh itu juga bergizi ya.” Tapi, yang diherankan Vania, sejak mulai mendapat makanan padat sampai sekarang, Vanya tetap maunya makanan itu-itu saja. “Mulai deh saya merasa repot. Terutama kalau ngajak Vanya bepergian, belum tentu kan ketemu semur ayam atau telur dadar. Akhirnya kalau pergi cuma minum susu atau camilan saja. Ternyata repot deh kalau anak maunya makan itu-itu saja,” lanjut Vania.

Tak hanya repot lho, tapi juga dapat berdampak bunk bagi kesehatan dan selera anak. Apalagi tahun-tahun pertama ini merupakan fondasi anak membentuk selera terhadap makanan. Bila seleranya hanya itu-itu saja, bisa terus menetap atau menyulitkannya beradaptasi dengan makanan baru.

Mengapa Peaky Eater

Anak akan disebut peaky eater bila ia hanya mau makan itu-itu saja. Makanan baru atau variasi makanan sulit diterimanya. Children Nutritional Research Center, Texas, menyebut anak yang mengonsumsi satu jenis makanan saja dalam waktu yang lama atau peaky eating-nya menetap, juga disebut food jag.

Biasanya, menurut peneliti di lembaga tersebut, hal ini terjadi aldbat pemberian makan yang salah. Pada usia-usia pertama mendapat makanan padat, anak sebenamya sedang mengembangkan seleranya akan berbagai rasa. Diberi apapun anak akan menerima dan mencobanya. Adakalanya orangtua seperti Vania yang melihat anak begitu lahap makan berlauk pauk semur dan telur dadar, salah memahami hal ini. Apalagi ketika memberi lauk pauk lain si kecil tak selahap ketika makan semur dan telur dadar, dianggapnya ia cocok dengan lauk itu saja. Sampai, ia terjebak memberinya lagi, memberinya lagi, tahu-tahu si kecil ‘fanatik’ dengan jenis makanan itu-itu saja.

Artinya, pemberian makanan itu sangat besar artinya. Sebab, bila anak sudah terjebak pada makanan yang itu-itu saja, anak makan kehilangan beberapa zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi masa tumbuhkembangnya. Semua orang apalagi anak-anak membutuhkan tuhkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Makanan bervariasi lah yang hams diterimanya. Dari mulai sayur-sayuran, daging, susu, hingga buah-buahan, harus seimbang. Bila Anda terus biarkan, bisa menjurus ke malnutrisi atau kurang gizi. Sebab yang didapatnya hanya satu dua macam gizi saja, zat-zat zat gizi lainnya?

Yang berperan dalam memerangkap selera si kecil menjadi peaky eating adalah cara Anda memberinya makanan. Selain Anda, adalah orang yang sehari-hari mengasuh anak. Bisa nenek kakeknya, tante omnya, atau pengasuhnya.

Ini sesuai dengan yang diungkap dalam suplemen di Journal of the American Dietic Association, Amerika. Menurutnya, beberapa-temuan dan referensi menunjukkan besarnya pengaruh orang yang mengasuh anak sehari-hari, terutama pengasuhnya. Jika orangtua dan pengaruh biasa makan . kentang goreng (di Indonesia mie instant), atau pengasuh suka jajan bakso, siomay, minum sirup, dsb, maka pelan-pelan selera anak pun akan mengikuti pengasuhnya.

Tak jarang pengasuh membuatkan makanan yang itu-itu raja. Karena dipikirnya si kecil doyan, kenapa harus berubah? Bagaimana pun memberi makanan baru atau berbeda-beda pasti perlu upaya lebih keras. Tapi, apakah Anda harus ‘kalah’ dari pengasuhnya, dan membiarkan si kecil jadi malnutrisi? Mulai sekarang, selain bikinkan menu, juga intiplah apa yang dimasak pengasuh. Siapa tahu berbeda dari pesanan Anda.

Sulit Menerima Perubahan

Anak-anak batita adalah anak-anak yang sulit menenma perubahan. Karena itu kemungkinan menjadi peaky eater sangat bisa terjadi. Namun ada beberapa pakar yang menyebut bahwa, pada suatu saat perut anak akan berubah dan ia akan mencoba-coba makanan baru.

Namun penelitian Children Research Center tidak menghasilkan demikian. Justru karena anak sulit menerima perubahan sehingga selera dan perutnya tak mudah bergeser. Membutuhkan waktu lama bila anak sudah menjadi peaky eating.

Yang paling berpengaruh adalah, jangan biarkan anak mengonsumsi makanan itu-itu saja. Berikan makanan yang bervariasi, ganti-ganti menu setiap hari, itulah bekalnya dalam memahami dan menerima perubahan.

Menormalkan Selera Makan si Kecil

Sudah terlanjur jadi peaky eater? Bukan berarti terus Anda biarkan. Ada cara menormalkannya kok:

• Gantilah Menu-nya tapi siap-siaplah menerima penolakannya. Mula-mula pasti anak akan menolaknya, Anda harus sabar dan menerimanya. Tetaplah bujuk-rayu ia. Tapi hindarkan memaksa ya.

• Bila anak tetap menolak, berikan menu lamanya tapi tambahkan dengan variasi lain. Misal semur ayam ditambah wortel dan buncis. Atau telur dadar dengan irisan bayam. Atau semur ayam dengan oseng-oseng sayuran.

• Perlahan-lahan sisihkan menu lamanya ganti dengan yang baru. Agar anak menerima suapi anak dengan memberinya aneka mainan. Mainan dapat menyibukkannya sehingga tak memperdulikan makanannya. Tinggal disodorkan sambil bilang “aa..”

• Berikan anak makanan yang bervariasi, baik yang baru maupun yang telah dikenal anak.

• Hindarkan memaksa anak menghabiskan makanannya. Baik dengan katakata, maupun ancaman psikologis berupa menunjukkan pemukul misalnya.

Sumber: Tabloid Ibu & Anak

No comments:

Post a Comment