Tuesday, May 5, 2009

ARTI di Balik SENYUMAN

Apa pun artinya, ia selalu tampak seperti malaikat cilik!
Duh, gemas deh bila melihat bayi tersenyum. Senyumannya begitu tulus, begitu polos seperi layaknya malaikat. Saat si kecil lahir tentu senyuman itulah yang dinanti-nanti oleh orangtua. Tapi jangan berharap banyak karena senyuman bayi jarang sekali terjadi di awal-awal kelahirannya. Setelah beberapa waktu, barulah ia akan meyunggingkan senyum. Adakalanya di saat ia tertidur, bibir mungilnya akan menyunggingkan senyum. Lantaran itu, banyak yang percaya bahwa mereka tersenyum karena tengah diajak main oleh para malaikat yang menjaganya. Entah benar entah tidak, yang pasti senyuman itu bukanlah senyum sosial. Namun lebih tepat senyuman sebagai senyum kebetulan saja).
Sekitar usia bayi 2-3 bulan barulah senyumnya bisa dikaitkan dengan perilaku sosial. Di usia ini kemampuan penglihatannya mulai membaik. Kala ia menyusu ia bisa menatap ibu dengan penuh perhatian. Di usia ini, bayi sudah memberi respons terhadap banyak stimulus dari lingkungan sekitarnya.

BENTUK RESPONS
Pada dasarnya semua bayi bisa tertawa, bahkan bayi yang memiliki gangguan seperti autisme sekalipun. Meski senyumannyayang merupakan salah satu bentuk respons atas stimulasi dari lingkungan yang ia persepsi initak selalu karena rangsangan dari orang melainkan benda.
Senyum terkait dengan perkembangan kognisi bayi juga perkembangan sosial dan emosinya. Semakin usianya bertambah, bayi akan semakin mampu member respons terhadap stimulus yang berasal dari luar dirinya dan akan menentukan kepada siapa ia akan tersenyum.
Soal frekuensi senyum/tertawa tentu berbeda pada setiap bayi. Beberapa factor yang memengaruhinya antara lain:
* Temperamen. 
Bayi dengan temperamen yang mudah, akan lebih sering tenang dan tertawa ketimbang menangis. Sementara bayi sulit kerap rewel dan banyak menangis.

* Faktor kesehatan. 
Beberapa bayi dengan penyakit dan gangguan perkembangan menunjukkan perilaku tidak/sulit tertawa. Adanya rasa tak enak di tubuhnya membuat si kecil merasa tak nyaman sehingga jarang memberi respons dengan senyuman maupun tertawa.

* Rasa aman, senang dan nyaman dengan lingkungannya. 
Puting susu ibu, bau tubuh ibu, muka yang selalu tersenyum, dendangan ibu, tepukan di punggung atau belaian, akan mampu membuat bayi tersenyum. Sejak lahir bayi sudah mampu memberi respons terhadap suara, bau-bauan, rasa, dan sentuhan. Perasaan nyaman membuat bayi menunjukkan ekspresi nyaman. Salah satunya berupa senyuman. Sebaliknya lingkungan yang penuh tekanansuasana bising atau stimulus yang diiringi bunyi-bunyian kencangakan membuat bayi merasa tak nyaman dan tertekan,
sehingga membuatnya tak mau tersenyum ataupun tertawa.

* Aneka stimulus. 
Senyum maupun tawa bayi dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan. Banyak cara dan stimulus yang dapat membuat bayi tertawa. Misal dengan permainan. Sejak usia 2 bulan bayi sudah mampu memberi respons atas permainan cilukba. Bayi menikmati stimulus muncul-hilang dari pandangan yang membuatnya tertawa-tawa. Bahkan beberapa bayi sudah bisa tertawa-tawa atas respons kitikan di perutnya atau permainan-permainan yang melibatkan berbagai nyanyian.
Nah, orangtua dapat mengupayakan agar stimulus yang berhasil membuat bayi tertawa dapat dinikmati kembali oleh bayinya. 

Bila Tak Ada SENYUM & TAWA


Bagaimana menghadapi bayi yang jarang tersenyum maupun tertawa?
1. Perhatikan dan amati, apakah anak tampak berbeda secara fisik dari bayi pada umumnya.
2. Cermati pula seperti apa temperamen yang sering ditampilkan bayi sejak ia lahir; apakah ia tergolong bayi yang sulit atau mudah.
3. Amati lingkungan di mana ia berada. Apakah cukup membuat bayi merasa nyaman atau tidak.
4. Berikan aneka stimulus yang dapat membuatnya tersenyum atau tertawa. Terkadang bayi tidak tertawa karena tidak ada stimulasi yang mampu membuatnya tertawa. Berikan mainan, dari yang sederhana seperti cilukba atau berbagai mainan lain yang sesuai perkembangan usia bayi dan dapat membuatnya merasa senang sehingga bayi lebih mudah tertawa.
5. Bayi yang sering distimulasi untuk tertawa amat bermanfaat bagi dirinya. Secara emosi perkembangannya akan lebih baik karena ia selalu merasa senang. Kelak ia pun jadi anak yang easy child. Selain itu, secara fisiologis, bayi yang merasa senang dan bahagia, tak sering rewel maupun berwajah cemberut. Ia tidak merasa stres dan selalu merasa nyaman sehingga jauh lebih sehat. Pada akhirnya, ini akan berpengaruh pada daya tahan tubuhnya yang akan jauh lebih baik.

Dedeh Kurniasih.
Konsultan Ahli:
Roslina Verauli,Psi., 
dari Empati Development Centre, Jakarta

No comments:

Post a Comment