Wednesday, July 1, 2009

Sayangilah Anak-anak Kita

By: unknown

"Sayang anak, sayang anak....!" Ungkapan itu sering diteriakkan para pedagang asongan mainan anak-anak di perempatan lampu-lampu merah, emperan jalan, atau di kendaraan-kendaraan umum. Tak jarang, banyak para ibu kepincut dengan tawaran tersebut.

Syukur jika yang ditawarkan adalah makanan bergizi, atau mainan yang bermanfaat. Tapi repotnya, bila yang ditawarkan adalah boneka-boneka replika atau gambar dari tokoh-tokoh fiktif yang diciptakan orang-orang 'sono'. Misalnya tokoh superman, batman, rambo, power-ranger, sinchan, teletubbies, atau bahkan tokoh "Si Manis Jembatan Ancol" yang seksi itu.

Dengan dalih sayang anak, tak jarang kita menyambut setiap tawaran "sayang anak" itu dengan antusias. Maka rumah kitapun penuh dengan boneka-boneka idola anak-anak. Ada robot power-ranger, batman, superman, rambo, sinchan, teletubbies, dan sebagainya. Tanpa sadar, kita telah mencekoki alam pikiran anak-anak kita dengan tokoh-tokoh idola yang sebetulnya penuh kepalsuan. Bahkan secara tidak langsung tokoh-tokoh itu mengajarkan syirik pada anak.

Betapa tidak? Ketika anak kita kian mengagumi rambo atau power-ranger yang tidak pernah kalah, bukankah ini menanamkan keyakinan pada anak, bahwa rambo itu kuat dan besar? Selain rambo lemah, dan kecil?

Lebih miris lagi, betapa antusiasnya ibu-ibu mendandani anaknya mengikuti tokoh yang seharusnya tidak pantas dijadikan idola. Pernah tetangga saya membelikan pakaian ala "rok mini si Manis Jembatan Ancol" untuk anak perempuannya yang masih TK. Rok mini ketat yang diinspirasikan dari pakaian "si Manis", dulu pernah membanjiri pasar bersamaan serial film syirik itu ditayangkan di televisi selama beberapa bulan. Di luar dugaan, sambutan ibu-ibu sangat luar biasa terhadap model pakaian seksi itu, termasuk tetangga saya. Dalihnya, apa lagi kalau bukan "sayang anak"?

Kita tentu tak meragukan kasih sayang ibu terhadap anak. Namun sayang dalam implementasinya, tak sedikit ibu-ibu yang keliru memahami makna "sayang anak". Dengan dalih sayang anak, sadar atau tidak tak jarang para orangtua memberikan apa saja pada anak. Pertimbangannya cuma satu: demi menyenangkan anak, tanpa memikirkan efek dari treatment kita terhadap anak.

Anak itu fitrah, sebagaimana hadist Nabi SAW mengatakan: "Setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitrah (suci). Maka (lantaran perlakuan) orangtuanyalah menyebabkan anak bisa berubah menjadi Yahudi, atau Majusi, atau Nasrani." (Mutafaq alaih).
Laksana lembaran putih, begitulah jiwa dan alam pikiran anak-anak. Para orangtua bisa sebebas-bebasnya memberi corak/warna pada lembar putih yang masih kosong itu. Jika orangtua memberi 'warna merah', maka besar kemungkinan garis pemikiran dan ideologi si anak kelak akan beraliran 'merah'. Sebaliknya jika lembar itu dicorak 'warna hijau', besar kemungkinan si anak akan berfaham 'hijau'.

Begitupun idola-idola yang akan menjadi pujaan seseorang di kemudian hari, tergantung siapa tokoh yang biasa diajarkan pada orang tersebut di masa kecilnya. Memori anak yang bersih dan tajam, akan menyimpan dengan kuat apa saja yang masuk ke dalam jiwa dan alam pikirannya.

Implementasi "sayang anak" yang diajarkan Islam begitu jelas. Sejak proses "produksi" misalnya. Para orang tua diperintahkan Nabi SAW untuk berdoa, agar pelaksanaan "ibadah istimewa" pasangan suami-istri (pasutri) tersebut tidak diintervensi oleh syetan. Doa yang diajarkan Nabi cukup masyhur, yang artinya: "Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau rezekikan kepada kami."

Setelah anak lahir pun orangtua diperintahkan untuk mengaqiqah-kan anaknya. Di samping diberi nama-nama yang mengandung makna Tauhid. Nabi SAW bersabda, "Baguskanlah namamu, karena dengan nama itu kamu akan dipanggil pada hari kiamat nanti." (HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban)
Islam juga memerintahkan doa bagi setiap bayi yang lahir. Doa untuk si bayi itu artinya; "Aku perlindungkan engkau dengan Kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari semua syetan dan kejahatannya serta dari pandangan yang jahat."

Tak berhenti sampai di situ, para orang tua juga diperintahkan untuk memperhatikan lingkungan, dan pendidikan si anak. Hal itu dimaksudkan agar fitrah anak senantiasa terprotreksi dari polusi budaya, adat-istiadat, dan kebiasan lokal masyarakat setempat. Memberikan hiburan, permainan, dan memilihkan teman-teman yang baik, termasuk bagian dari proses pemeliharaan dan pendidikan yang diperintahkan Islam.

Contoh pendidikan anak yang baik, tersurat di dalam Al Qur'an, ketika Luqman mengajarkan anaknya. "Wahai anakku, janganlah sekali-kali engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang amat besar”. (QS 31 : 13).

Di bagian lain, Allah 'Azza wa Jalla berfirman; "(Luqman berkata): "Hai anakku sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada di dalam batu, atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) untuk mengerjakan yang baik, serta cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS 31 : 16-17)
Sayangilah anak. Ajarkan anak-anak pertama kali, agar mereka mengenal Penciptanya dengan baik. Agar kelak mereka bukan hanya menjadi orang yang pandai berhitung angka-angka duniawi, tapi juga pandai menghitung-hitung nikmat Allah yang tiada terhingga ini. Wallahu a'lamu bish showwaab.

(sultoni)

No comments:

Post a Comment